TALAK OLEH PENDERITA PENYAKIT MENTAL
TALAK OLEH PENDERITA PENYAKIT MENTAL

PERTANYAAN

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Afwan ustad menggagu waktunya. Ustad sya akhwat 30 thun dr sulawesi tenggara. Ustad saya ingin bertanya.. Saya sudah di talaq suami saya sebanyak 4 kali.. 2 kali di ucapkan dgn lantang di hadapan sya dan 2 kalinya beliau mengantarkan sya plg kerumah orng tua dgn niatan untuk mentalaq. Memang suami saya ini ketika marah midah sekali mengucapkan talaq terhadap sya.. Hal ini bermula ketika 5 bln lalu beliau di diagnosa depresi dan halusinasi oleh dokter, dan qadarullah smpai saat ini suami sya tidak menyelesaikan pengobatannya krna merasa tidak mengalami sakit mental. Ditambah lagi keliarganya mendukung hal tersebut Nah.. Pertanyaan sya ustad. Apakah SAH talaq yg di jatuhkan oleh suami sya? Mengingat dy msh blm menyelesaikan pengobatan dan 4 talaq itu jatuh dlam kurun waktu 5 bln terakhir stelah dia didiagnosa mengalami gangguan mental tersebut. Ditambah lagi sya sering mendapat tuduhan yg tidak masuk akal dr suami sya.. Misal. Dy tidak mengakui bahwa anak yg saya kandung ini adalah anaknya.. Dan bnyak lg lainnya..

(L*****ti)

JAWABAN

    Segala pujian hanya milik Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya. Amma ba’du

    Di antara perkara yang hendaknya setiap pasangan suami istri tidak lupa untuk mempelajarinya adalah perkara talak. Karena ketidaktahuan terhadapnya berimbas pada hal-hal yang menjadi haram dan tidaknya hubungan suami istri. 

    Apa yang dikisahkan oleh penanya sebenarnya memerlukan penjelasan lebih lanjut tentang detail penyakit yang diderita oleh suaminya. Karena depresi atau halusinasi memiliki beberapa perincian keadaan. Terlebih beliau menyampaikan tentang kondisi emosi suami saat mentalaknya, maka ini perincian yang lain. Namun kami akan berusaha mengungkapkan bagaimana penjelasan para ulama tentangnya.

Talak Saat Sedang Marah

    Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullahu menjelaskan,

يقول العلماء إن الغضب ينقسم إلى ثلاثة أقسام بدايته ونهايته ووسط. فأما الغضب في بدايته فلا شك أن الطلاق يقع فيه لأن الغالب أن الطلاق لا يقع إلا من الغضب. وأما الغضب في نهايته بحيث لا يدري الإنسان ماذا قال ولا يدري أهو في السماء أو الأرض قد أغلق عليه نهائياً فهذا لا يقع وقد حكي الاتفاق على ذلك أعني اتفاق العلماء. وأما إذا كان في وسطه يعني ليس في الغاية ولا في البداية فقد اختلف فيه العلماء على قولين منهم من قال إنه يقع ومنهم من قال إنه لا يقع فالذين قالوا إنه يقع قالوا إن هذا الرجل يعقل الطلاق ويعرف ما قال ويريد ما قال ومن قال لا يقع قال إن هذا الطلاق وإن كان المطلق يريد ما قال ويعي ما يقول فإنه من غير إرادةٍ تامة كأنه مجبورٌ على الطلاق وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم (لا طلاق في إغلاق) وعلى هذا فإذا سألنا سائل يريد أن نفتيه قلنا له أما ما كان في بداية الغضب فلا تتردد في وقوع الطلاق فيه وما كان في نهايته فلا تتردد في عدم وقوع الطلاق فيه وما كان في الوسط فهو محل اجتهاد فيرى الإنسان فيه ما هو أقرب إلى الصواب

“Para ulama berpendapat bahwa marah ada tiga macam, yaitu permulaan, pertengahan, dan sangat marah. Adapun marah yang masih di tahap pertama, maka talak yang diucapkan saat itu terjatuh. Karena pada umumnya talak memang berasal dari kemarahan. Adapun marah yang berada di puncaknya, yaitu kondisi seseorang tidak sadar dengan dirinya sendiri, apa yang dia ucapkan dan tengah berada di mana ia saat itu, dengan perkataan lain akalnya tengah tertutup saat itu, maka talaknya tidak terjatuh. Disebutkan bahwa ini adalah kesepakatan mayoritas ulama dan aku mencukupkan akan hal tersebut.

Adapun kemarahan yang masih berada di fase pertengahan, tidak di puncak atau masih di awal-awal, maka ulama berbeda pendapat tentangnya ke dalam dua pendapat. Sebagian mereka berpendapat bahwa talaknya terjatuh dan Sebagian lain berpendapat tidak terjatuh. Pendapat pertama didasarkan asumsi bahwa suami tersebut sadar dengan ucapannya, memang ingin berucap talak. Adapun pendapat kedua didasarkan pada asumsi bahwa sang suami memang tahu ucapannya dan mungkin ingin talak, tapi ia dalam keadaan tidak benar-benar menginginkannya, sebagaimana orang-orang yang dipaksa. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

لا طلاق في إغلاق

“Tidak sah talak orang yang sedang berada dalam puncak kemarahan.” (HR. Ibnu Majah 2046 dan Ahmad 26360).

Dengan ini, maka jika penanya ingin fatwa tentang hal tersebut, kami katakana kepadanya jika memang talaknya terjadi di permulaan marah terjadi talak. Jika di puncah marah, maka tidak terjadi talak. Adapun yang berada di tengah-tengah, ini ijtihad dari para ulama. Hendaknya setiap yang berkompeten melihat pendapat yang lebih mendekati kebenaran.”

(Fataawa Nuur ala Darb 19/2)


Talak Yang Dilakukan Oleh Suami Yang Menderita Penyakit Mental

    Kami kutipkan jawaban dari Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah 20/15:

ذهب الفقهاء إلى عدم صحة طلاق المجنون والمعتوه لفقدان أهلية الأداء في الأول، ونقصانها في الثاني، فألحقوهما بالصغير غير البالغ، فلم يقع طلاقهما لما تقدم من الأدلة. وهذا في الجنون الدائم المطبق، أما الجنون المتقطع ، فإن حكم طلاق المبتلى به منوط بحاله عند الطلاق، فإن طلق وهو مجنون لم يقع، وإن طلق في إفاقته وقع لكمال أهليته. وقد ألحق الفقهاء بالمجنون النائم  ، والمغمى عليه  ، والمبرسم  ، والمدهوش ، وذلك لانعدام أهلية الأداء لديهم ولحديث النبي - صلى الله عليه وسلم - رفع القلم عن ثلاثة. . .  وحديث: لا طلاق ولا عتاق في إغلاق.

“Para ulama sepakat kepada tidak sahnya talak yang dilakukan oleh orang gila dan orang yang kurang waras, karena ia (orang gila) tidak memiliki kontrol terhadap akalnya dan yang kedua (kurang waras) adalah kurangnya kontrol terhadap dirinya. Para ulama memasukkan bahasan ini ke bahasan talak anak kecil yang belum baligh. Talak keduanya tidak sah sebagaimana dalil-dalil yang tersebut sebelumnya. Ini berlaku untuk gila yang permanen. Adapun gila yang kadang waras dan kadang tidak. Maka hukum talaknya bergantung kepada kondisi akalnya. Jika ia mentalak istrinya ketika tidak waras, maka talaknya tidak sah. Jika dalam keadaan sadar, maka talaknya terjadi. Para ahli fikih menyebutkan beserta bahasan gila adalah bahasan talak orang tidur, pingsan, linglung, disebabkan ketiadaan kontrol diri mereka sendiri. Berdasar hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,

رفِعَ القلم عن ثلاثةٍ: عن النَّائم حتى يستيقظَ، وعن الصَّبىِّ حتى يَحتَلِمَ، وعن المجنونِ حتى يَعقِلَ

“Pena ini diangkat (kewajiban tidak diberlakukan) bagi orang yang tidur hingga mereka bangun, anak-anak kecil hingga mereka baligh, dan orang yang gila hingga sadar.” (HR. Abu Daud 4403 dan Ibnu Majah 2041).  

Dan juga sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

لا طلاق في إغلاق

“Tidak sah talak orang yang sedang berada dalam puncak kemarahan.” (HR. Ibnu Majah 2046 dan Ahmad 26360).”

    Wallahu a’lam

Disusun & Dipublikasikan Oleh Tim Ilmiah Elfadis

Ahad, 5 Jumada al Ula 1442 H / 20 Desember 2020

Follow dan support akun kami :

🌏 Web | lorongfaradisa.or.id - http://www.syafiqrizabasalamah.net/

🖥 Youtube : https://www.youtube.com/LorongFaradisa

🌐 Telegram : https://t.me/lorongfaradisaofficial

📱 Instagram : Instagram.com/elfadis__

📘 Facebook : facebook.com/lorongfaradisa.

___

Share agar lebih bermanfaat