KOREAN WAVE DAN IDENTITAS SEORANG MUSLIM (PART 2)
KOREAN WAVE DAN IDENTITAS SEORANG MUSLIM (PART 2)

KOREAN WAVE DAN IDENTITAS SEORANG MUSLIM

Akhiran Yang Menyedihkan

Allah azza wajalla memperhitungkan labuh cinta yang sesuai dan memberikan balasan atas cinta yang tidak dibenarkan. Jika kita memberikan loyalitas kepada penjahat, maka kita harus siap berhadapan dengan hukum. Maka memberikan cinta kepada selain Allah harus siap menyiapkan pembelaan kelak di hadapan Allah.

Akhiran cinta seorang hamba kepada sesuatu yang paling menyedihkan adalah ketika harus dikumpulkan bersama sesuatu tersebut padahal ia tidak berada di barisan kaum muslimin. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“Engkau bersama dengan yang kau cintai.” (HR. Bukhari 3688).

Imam an Nawawi rahimahullahu menjelaskan,

فِيهِ فَضْلُ حُبِّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالصَّالِحِينَ ، وَأَهْلِ الْخَيْرِ ، الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ

“Di dalam hadis ini terdapat keutamaan mencintai Allah, rasul-Nya, orang-orang salih, orang-orang baik, baik yang masih hidup maupun sudah meninggal dunia.” (Syarh Shahih Muslim 16/141)

Adik-adik yang semoga dirahmati Allah, yuk mulai dikoreksi kembali seberapa besar kecintaan kita kepada Allah dibanding kecintaan kita kepada budaya lain terlebih yang tidak berdasarkan syariat Islam.


Identitas Pemuda Muslim

Jika kita menengok sejarah para pemuda di zaman nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama, kita akan takjub dengan keberanian Mush’ab bin Umair di usianya yang masih muda berani berperang membela agama Allah. Begitupun Ali bin Abi Thalib yang memimpin pasukan perang. Apa yang membedakan antara generasi para sahabat dan generasi kita? Jati diri.

Generasi emas terdahulu selalu menjadikan Islam sebagai agama yang seluruh hidup mereka di bawah aturannya. Mereka tunduk dan patuh. Jika ada yang bertanya, mereka dengan gagah menjawab bahwa Islam lah sebagai identitasnya. Tak berat bagi mereka untuk menanggalkan segala sebutan di luar Islam. Tak peduli jika mereka harus diusir oleh kaumnya, jika Islam adalah tujuan mereka. 

Maka sedih jika harus mengatakan bahwa menjadikan sebuah trend sebagai identitas baru para pemuda/i muslim dalam menjalani hidup dibandingkan Islam. Islam bukan agama ritual semata, nilai-nilai kehidupan pun tak akan pernah ada yang lebih baik dari nilai-nilai Islam. Semestinya mereka berbangga dengan anjuran berbudi baik dari Islam bukan kesantunan budaya Korea atau yang lain. Selayaknya mereka berbangga dengan anjuran tidak saling menyakiti dari Islam bukan dari nilai-nilai idola mereka.

Jika hidup ini sekedar diperturutkan untuk mencintai semua hal yang fana, maka hati manusia tak akan pernah mendapatkan kepuasannya. Ia akan hinggap di satu puncak kecintaan ke puncak yang lainnya. Labuhkan lah hati hanya untuk-Nya, cintailah apa yang dicintai-Nya, dan bersiaplah membenci apapun yang tidak mendatangkan keridaan-Nya.