Takutlah Kepada Kesyirikan!
Takutlah Kepada Kesyirikan!

Para nabi, sejak yang pertama hingga yang terakhir, semuanya berdakwah kepada umatnya agar mengucapkan la ilaha illallah dan menjaga keistiqamahan atasnya. Mengapa demikian? Karena kunci surga adalah tauhid. Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu'anhu, Rasulullah bersabda,

 

‌مَنْ ‌كَانَ ‌آخِرُ ‌كَلَامِهِ ‌لَا ‌إِلَهَ ‌إِلَّا ‌اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah laa ilaaha illallaah pasti masuk surga.” (HR Abu Dawud, no. 3116. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

 

Takut terjerumus dalam kesyirikan adalah rasa takut yang seharusnya ada dalam diri setiap Muslim. Mengapa demikian? Karena kesyirikan adalah kejahatan terbesar di muka bumi. Allah berfirman,

 

ﵟإِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞﵞ 

“Sesungguhnya kesyirikan adalah kejahatan yang paling besar.” (QS Luqman: 13).

 

Jangan pernah merasa aman dari kesyirikan. Jangan merasa aman hanya karena sudah berhaji berkali-kali, tinggal di lingkungan Islami, atau rajin beribadah. Karena siapa pun tetap berpeluang untuk terjerumus ke dalam kesyirikan. Setan tidak pernah berhenti berusaha menyesatkan manusia.

 

Seorang Muslim yang berakal akan senantiasa merasa takut terhadap kesyirikan. Ia akan berdoa kepada Allah agar dilindungi dari kesyirikan. Di antara doa yang tercantum dalam Al-Qur’an adalah,


ﵟرَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُﵞ 

“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau memalingkan hati kami setelah Engkau berikan hidayah kepada kami. Karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS Ali Imran: 8).

 

Demikianlah sifat orang-orang beriman, mereka takut kepada Allah untuk berpaling dari kebenaran dan tauhid, dan mereka memohon perlindungan-Nya dari kesyirikan.

 

Kesyirikan terbagi menjadi beberapa macam: syirik besar, syirik kecil, dan syirik khafi (samar). Para ulama sepakat bahwa syirik besar dapat menyebabkan pelakunya kekal di neraka, sementara syirik kecil tidak mengakibatkan kekekalan di dalamnya. Adapun tentang syirik khafi, para ulama berbeda pendapat; sebagian berpendapat bahwa ia termasuk syirik kecil, sementara sebagian lain berpendapat bisa menjadi syirik besar, khususnya dalam masalah akidah.

 

Jika kita katakan bahwa syirik khafi bisa termasuk syirik besar, maka itu berkaitan dengan keyakinan, karena sifatnya tidak tampak. Contohnya adalah nifaq i’tiqadi (kemunafikan dalam akidah). Allah berfirman,

 

ﵟوَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَﵞ 

“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir,’ padahal sebenarnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah: 8).

 

Mereka adalah kaum munafik yang menampakkan keislaman, tetapi di dalam hatinya membenci Islam dan berusaha merusaknya dari dalam. Kesyirikan mereka tersembunyi, karena mereka menyembunyikannya dengan rapi.

Allah memperingatkan kita agar berhati-hati terhadap kesyirikan. Jangan sampai kita melakukannya, baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar. Allah berfirman,

 

ﵟفَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَﵞ 

“Janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah sementara kalian tahu (bahwa tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya).” (QS Al-Baqarah: 22).

 

Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan,

الأَنْدَادُ: هو الشِّركُ، أَخْفَى مِن دَبِيبِ النَّمْلِ عَلى صَفَاةٍ سَودَاءَ فِي ظُلْمَةِ اللَّيلِ، وَهُوَ أَن تَقُولَ: وَاللهِ وَحَيَاتِكَ يَا فُلَانُ، وَحَياتِي، وتَقُولَ: لَولا كُلَيبَةُ هَذَا لَأَتَانَا اللُّصُوصُ، وَلَولَا البَطُّ فِي الدَّارِ لَأَتَى اللُّصُوصُ. وقُول الرَّجُلِ لِصَاحِبِه: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وقولُ الرَّجُلُ: لولا اللهُ وفُلَانُ. لَا تَجْعَلْ فِيهَا فُلَانًا. هَذَا كُلُّهُ بِهِ شِرْكٌ.

“Al-Andaad” (dalam ayat tersebut) maksudnya adalah syirik (yang samar). Ia lebih samar daripada seekor semut yang berjalan di atas batu hitam di tengah kegelapan malam. Contoh dari syirik kecil ialah ucapan; ‘Demi Allah dan demi hidupmu wahai fulan, serta demi hidupku.’ Termasuk juga ucapan; ‘Kalau seandainya bukan karena anjing kecil ini, niscaya sudah ada maling,’ atau ucapan, ‘Kalau saja tidak ada bebek ini, pasti maling sudah masuk rumah.’ Demikian pula dengan ucapan seseorang pada temannya, ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ atau ucapan, ‘Kalau saja bukan karena Allah dan fulan.’ Ini semua adalah kesyirikan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/105)

 

Jika dalam perjalanan kita tiba-tiba diberi tahu oleh seseorang, "Jangan lewat jalan itu, karena daerah tersebut rawan kejahatan," tentu kita akan segera menghindari jalan tersebut dan memilih jalur lain yang lebih aman. Demikian pula seharusnya sikap kita terhadap kesyirikan, harus menjauhinya sejauh mungkin, karena kesyirikan adalah kejahatan terbesar di muka bumi. Para pelaku kesyirikan kelak di akhirat akan menyesal dan mengakui bahwa perbuatan mereka adalah kesalahan besar. Allah berfirman,

 

ﵟتَٱللَّهِ إِن كُنَّا لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ 97 إِذۡ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 98 ﵞ 

“Demi Allah, sesungguhnya dahulu kami benar-benar dalam kesesatan yang nyata, yaitu ketika kami menyamakan kalian (berhala) dengan Rabb semesta alam (Allah).” (QS Asy-Syu’ara: 97-98).

 

Sebagai orang tua, kita wajib menakut-nakuti anak-anak kita dari kesyirikan. Sampaikan kepada mereka bahwa syirik adalah perbuatan yang sangat berbahaya, pelakunya tidak akan diampuni oleh Allah dan akan masuk neraka untuk selama-lamanya. Kita perlu meneladani sikap Lukman al-Hakim, yang dengan tegas menasihati anaknya tentang bahaya kesyirikan, hingga nasihat indahnya diabadikan Allah dalam Al-Qur’an,

 

ﵟوَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞﵞ 

“Ingatlah ketika Lukman berkata pada anaknya ketika ia sedang memberikan pengajaran padanya, ‘Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sungguh, perbuatan mempersekutukan Allah adalah kejahatan yang paling besa.” (QS Lukman: 13).

 Sebagaimana kita merasa perlu menakut-nakuti anak-anak dari bahaya narkoba atau minuman keras yang merusak jasmani dan akhlak mereka, kita seharusnya jauh lebih serius dalam menakut-nakuti mereka dari kesyirikan, yang menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat.


Mengapa kita harus takut terhadap perbuatan syirik? Karena syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah jika pelakunya tidak bertaubat sebelum meninggal dunia. Allah berfirman,

 

ﵟإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًاﵞ 

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa kesyirikan, dan Dia mengampuni dosa selainnya bagi siapa yang dikehendaki oleh-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, sungguh dia telah melakukan perbuatan dosa yang sangat besar.” (QS An-Nisa’: 48).

 

Wallahu a’lam bish showwab.

 

Tulisan ini disadur dari kajian berjudul “Takut Kepada Syirik” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).