Serial Rukun Iman: Beriman Kepada Para Rasul-Nya
Serial Rukun Iman: Beriman Kepada Para Rasul-Nya

Allah menganugerahkan kepada manusia akal yang sangat luar biasa. Namun, hal itu belum cukup untuk mengetahui secara detail syariat yang Allah turunkan, serta bagaimana tata cara ibadah yang benar. Di sisi lain, manusia cenderung berbeda pendapat sehingga mudah terjadi perselisihan. Karena itulah Allah mengutus para Nabi dan Rasul untuk menjelaskan tujuan penciptaan manusia, mengajarkan cara beribadah kepada-Nya, sekaligus menyatukan umat dalam kebenaran.

 

Beriman kepada para Nabi dan Rasul, hukumnya adalah wajib. Sangat banyak dalil yang mengabarkan hal tersebut, di antaranya firman Allah yang berbunyi,

 

ﵟوَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّـۧنَﵞ 

“Sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (QS Al-Baqarah: 177).

 

Allah juga berfirman,

ﵟءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚﵞ 

“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Allah, demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (QS. Al Baqarah: 285)

 

Beriman kepada para Nabi dan Rasul mencakup dua hal:

a)     Secara global.

b)     Secara rinci.

 

1.      Mengimani Secara Global

Beriman secara global, yaitu mempercayai seluruh Nabi dan Rasul yang Allah utus tanpa membeda-bedakannya, baik yang disebutkan dalam Al-Qur’an, maupun yang tidak.

 

2.      Mengimani Secara Terperinci

Adapun beriman secara rinci, yaitu mempercayai nama-nama mereka yang dikabarkan dalam Al-Qur’an dan hadis, mengetahui kitab-kitab suci mereka, semisal Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Taurat kepada Nabi Musa, dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad . Allah berfirman,

 

ﵟ۞ إِنَّآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ كَمَآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ نُوحٖ وَٱلنَّبِيِّـۧنَ مِنۢ بَعۡدِهِۦۚ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَٰرُونَ وَسُلَيۡمَٰنَۚ وَءَاتَيۡنَا دَاوُۥدَ زَبُورٗا 163ﵞ 

“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana yang telah Kami wahyukan kepada nabi Nuh dan kepada para nabi setelahnya. Kami juga telah memberikan wahyu kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’kub beserta anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, Sulaiman, dan Kami berikan kitab Zabur kepada nabi Dawud.” (QS An-Nisa’: 163).

 

Para ulama menjelaskan, bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Nuh ‘alaihis salam adalah rasul yang pertama, dan Nabi Muhammad adalah rasul yang terakhir. Allah telah mengutus para rasul-Nya di setiap umat untuk menyerukan tauhid dan menjauhi segala macam perbuatan syirik. Allah ta’ala berfirman,

 

ﵟوَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ ﵞ

“Sungguh telah Kami utus para rasul di setiap umat untuk menyerukan, ‘Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah Taghut!’ Ada sebagian dari mereka yang diberikan hidayah oleh Allah, ada pula dari mereka yang ditetapkan kesesatan oleh-Nya.” (QS An-Nahl: 36).

 

Beribadah Sebagaimana Rasulullah Contohkan

Di antara bentuk beriman kepada Rasulullah adalah dengan mencontoh ibadah beliau. Berbicara masalah ibadah, maka banyak sekali macamnya, semisal; nikah, puasa, salat, zakat, dan lainnya. Kita harus beribadah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh beliau, karena jika tidak, amalan kita akan tertolak. Rasulullah pernah bersabda,

 

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada ajarannya dari agama kami, niscaya amalan tersebut ditolak.” (HR Muslim no. 1718).

 

Tidak Membandingkan Para Rasul

Termasuk beriman kepada para nabi dan rasul, ialah tidak membanding-bandingkan mereka. Allah berfirman,

 

ﵟلَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚﵞ

“Mereka (orang-orang yang beriman) mengatakan, ‘Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari para rasul.” (QS Al-Baqarah: 285).

 

Para Rasul Akan Menjadi Hujjah Di Akhirat

Termasuk hikmah diutusnya para nabi dan rasul, ialah sebagai hujjah atas Allah terhadap para hamba-Nya, agar mereka tidak beralasan kelak di akhirat. Allah berfirman,

 

ﵟرُّسُلٗا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى ٱللَّهِ حُجَّةُۢ بَعۡدَ ٱلرُّسُلِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمٗاﵞ 

“(Mereka Kami utus) sebagai para rasul yang membawa kabar gembira dan pemberi peringatan (kepada umat manusia) agar mereka tidak beralasan untuk membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS An-Nisa’: 165).

Tulisan ini disadur dari serial kajian kitab Riyadush Shalihin karya Imam Nawawi Bab “Beriman Kepada Para Utusan Allah” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).