REBO WEKASAN
REBO WEKASAN

REBO WEKASAN

    Ada keyakinan masyarakat terdahulu yang masih ada kemungkinan dibawa oleh generasi berikutnya. Tapi ada pula keyakinan yang kita harap tidak tumbuh, bahkan selayaknya ditekan hingga tak berbekas. Di antara keyakinan tersebut adalah anggapan sial pada sebagian masa dan tidak dengan masa yang lainnya.


Apa Itu Rebo Wekasan?!

    Sebagian daerah di Indonesia melestarikan budaya Rebo Wekasan, yaitu ritual tolak balak yang dilakukan di setiap Rabu terakhir di bulan Shafr. Titro (laman media massa online) mengutip,

Karel A. Steenbrink dalam Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19 (1984) menyebutkan tradisi ini sudah muncul sejak awal abad ke-17, khususnya di Aceh, Sumatera, dan Jawa, juga di sebagian wilayah Riau, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, bahkan Maluku.”

    Tiap daerah pun memiliki cara masing-masing untuk merayakan ritual ini. Mulai dari cara yang tidak dikaitkan dengan Islam sampai yang mengatasnamakan Islam. Namun bagaimana Islam menyikapi hal ini?!


Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama Mengajarkan Agar Umatnya Optimis

    Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama dalam beberapa sabdanya mengajarkan agar umat Islam optimis menghadapi ketetapan Allah,

“Thiyarah (anggapan sial terhadap sesuatu) adalah bentuk kesyirikan” (HR. Ibnu Hibban).

    Maka, tidak tepat anggapan bahwa dalam sebagian bulan terdapat kesialan sehingga menghalangi mereka dari melakukan hal-hal yang bermanfaat. Justru berpangku tangan (yang diyakini) dalam rangka menghindari kesialan-kesialan.



Tersebarnya Ibadah yang Tidak Berlandas Dalil di Bulan Ini

    Beranjak dari anggapan sial dalam poin sebelumnya, maka mulai tersebar bahkan (sayang sekali) di antara kaum muslimin kebiasaan yang dianggap baik untuk melenyapkan kesialan tersebut. Padahal jelas-jelas, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

“Barangsiapa mengerjakan sebuah amalan tanpa adanya anjuran dari kami, maka amalannya tertolak” (HR. Bukhari).


Simpulan

    Keyakinan akan kesialan dalam suatu waktu dan tidak pada waktu yang lain bukanlah keyakinan yang dibenarkan dalam Islam. Seorang muslim hendaknya meyakini bahwa tidak ada satupun hal menyedihkan yang menimpa seorang hamba melainkan karena sudah Allah tetapkan atasnya. Dan tidak ada satupun kebahagiaan yang didapat oleh seorang hamba, kecuali juga sudah Allah tetapkan bagiannya.

    Berdoa memohon keselamatan kepada Allah bukanlah hal terlarang. Bahkan wajib bagi setiap orang beriman untuk senantiasa memohon perlindungan kepada Allah azza wajalla. Tanpa harus membuat ibadah-ibadah baru dalam agama. 

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama mencontohkan dengan senantiasa melazimkan zikir pagi dan petang. Yang salah satu bagiannya berisi permohonan perlindungan kepada Allah jalla jalaaluh. Tidak ada yang lebih memberikan jaminan keamanan pada diri seorang, kecuali penjagaan Allah ta’ala.


Dipublikasikan Oleh Tim Ilmiah Elfadis

Tanggal 13 Safar 1442 Hijriyah